Sekolah Moderasi Beragama Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung


Mah’ad Al-Jami’ah UIN RIL- “Indonesia adalah negara multikultural yang memiliki sejuta keanekaragaman didalamnya. Multikultural yang terjadi dapat memicu berbagai konflik yang bisa mengancam persatuan dan keutuhan NKRI termasuk dibidang keagamaan. Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya para santri dengan cara meningkatkan moderasi beragama”. Itulah sedikit cuplikan narasi yang dibacakan oleh pembawa acara dalam kegiatan Sekolah Moderasi Beragama di Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Minggu, 18 Desember 2022 dan berlangsung sejak pukul 10.00-16.00 WIB. Adapun tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah “Penguatan Moderasi Beragama Santri untuk Merajut Multikulturalisme di Indonesia”.

Dokumentasi Kegiatan

Pemateri pada kegiatan ini merupakan kepala UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa, Universitas Brawijaya, yaitu Dr. Mohamad Anas, M.Phil. Beliau menjelaskan tentang banyak hal, seperti moderasi, toleransi, komitmen kebangsaan, era disruption,  dan masih banyak lagi.

Kegiatan ini terbagi menjadi 2 sesi. Sesi yang pertama merupakan pemaparan materi yang berlangsung sejak pukul 10.00-dzuhur, lalu dilanjutkan dengan kegiatan ishoma. Sesi yang kedua yaitu sesi diskusi yang dimulai dari pukul 13.00-selesai. Pada sesi ini, mahasantri diminta untuk menceritakan fenomena toleransi apa saja yang terjadi di daerah mereka masing-masing. Ada yang dari Lampung Utara, Mesuji, Palembang, Batam, Medan, Bengkulu, dan sebagainya. Dari cerita mereka, terlihat adanya keselarasan dan sikap saling membantu antar umat beragama yang merupakan bentuk dari penerapan sikap toleransi. Itu berarti moderasi beragama sudah mulai diterapkan dalam kehidupan kita.

Moderasi beragama dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengedepankan keseimbangan dalam hal memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem. Jika diibaratkan sebagai pendulum, bandul yang mengarah ke kanan merupakan fundalisme, sedangkan yang mengarah ke kiri adalah liberalisme. Moderasi terletak ditengah-tengah, yang menarik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri, sehingga moderasi hadir sebagai solusi dan penengah dalam mengatasi multikulturalisme di Indonesia.

Sebagai penutup kegiatan, diadakan sesi tanya jawab terkait materi yang sudah disampaikan. Sesi ini terasa seru dan menantang karena memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang memicu rasa penasaran serta berpikir kritis kita. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para hadirin bisa menjadi manusia yang moderat demi terciptanya kehidupan yang rukun, saling menghormati, dan menjunjung tinggi toleransi dengan tetap berada pada batasan-batasan keyakinan yang dimiliki oleh agama masing-masing. (Endar Rismanda, anggota ekskul jurnalistik)